Perekonomian Muara Muntai Kebal COVID-19
Muara Muntai adalah salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Terletak kurang lebih 157 kilometer arah barat dari kota Tenggarong, dapat ditempuh lewat darat kurang lebih 3 jam perjalanan.
Kecamatan Muara Muntai memiliki luas wilayah administratif 928,60 km persegi, terdiri dari 13 desa, 5 dusun yang terbagi dalam 93 RT. Kecamatan yang dihuni sekitar 5.713 Kepala Keluarga (KK) ini berada di area dataran sedang hingga rendah sehingga penduduknya mayoritas bermukim di sepanjang aliran sungai Mahakam dan Sungai Muntai serta danau Perian, danau Sepatung dan danau Batu Bumbun. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan jika lebih dari separuh warga Kecamatan Muara Muntai memanfaatkan perairan sungai dan danau sebagai wadah untuk mengais rezeki.
Data menunjukkan bahwa tidak kurang dari 1.758 KK berprofesi sebagai pembudidaya ikan dengan media kolam maupun keramba dan lebih dari 2.163 KK menggeluti usaha perikanan tangkap.
Kecamatan Muara Muntai dalam 1 tahun dapat memproduksi ikan melalui budidaya perikanan sekitar 3.579.85 ton. Sementara untuk perikanan tangkap mampu menghasilkan paling tidak 7.061.88 ton. Karenanya tidaklah menherankan jika Kecamatan Muara Muntai yang terkenal dengan jembatan kayu terpanjang, juga sangat dikenal sebagai salah satu kecamatan penghasil ikan sungai dan danau di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sekertaris Kecamatan Muara Muntai Bahruddin, SE dalam kesempatan wawancara menjelaskan bahwa di Kecamatan Muara Muntai terdapat tidak kurang dari 2.898 kapal yang digunakan sebagai sarana penangkapan ikan baik di sungai maupun danau. Disamping itu juga terdapat keramba di sepanjang perairan sekitar 3.242 hektar sebagai sarana budidaya perikanan.
Pandemi virus Corona atau COVID-19 yang merebak sejak Maret 2020 di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia, termasuk Kutai Kartanegara, terkhusus di Kecamatan Muara Muntai, tentu berimbas pada berbagai sektor kehidupan.
Namun hebatnya, ketika sektor ekonomi di berbagai daerah terpuruk, di Kecamatan Muara Muntai justru hampir tidak berdampak sama sekali. Produksi nelayan tetap stabil, baik tangkap maupun budidaya. "Bahkan untuk pemasaran produk justru nelayan kami sering kewalahan memenuhi permintaan para pembeli yang langsung datang ke lokasi tempat pengumpul sebagai tempat nelayan menjual hasil budidaya dan tangkapan," ujarnya.
Bahruddin lebih jauh menjelaskan, andai teknologi telah menyentuh usaha para nelayan seperti teknologi benih, teknologi cold storage dan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, ia meyakini usaha nelayan di Muara Muntai akan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
"Andai saja warga Kecamatan Muara Muntai terakomodir dalam kelompok usaha koperasi nelayan untuk mewadahi usaha mereka baik sebagai pengumpul ataupun sebagai usaha simpan pinjam, maka saya yakin Muara Muntai semakin maju dan berkontribusi besar dalam pembangunan untuk Muara Muntai sendiri, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kalimantan Timur secara umum," tutupnya.
(MJ-PKP)
Tinggalkan Komentar